Istiqamah ialah satu ungkapan yang seringkali digunakan namun ia merupakan perbuatan yang amat susah untuk dilakukan.
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Para ulama menafsirkan
istiqâmah dengan " لُزُوْمُ طَاعَةِ اللهِِ " artinya sentiasa berterusan
dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.”[10]....
Keutamaan Istiqamah
Istiqâmah mempermudah rezeki dan melapangkan kehidupan di dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama
Islam), nescaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.”
[al-Jinn/72:16]
Imam al-Qurhubi rahimahullah berkata, “Maksudnya, seandainya
orang-orang kafir itu beriman, nescaya Kami berikan mereka keleluasan
di dunia dan Kami lapangkan rezeki mereka.”[11]
Firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat
akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” [Fushshilat/41:30]
Maksudnya, mereka beriman kepada Allah Azza wa JallaYang Maha Esa,
kemudian istiqâmah di atasnya dan di atas ketaatan sampai Allah Azza wa
Jalla mewafatkan mereka.[12]
Tentang ayat di atas, al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah berkata,
”Mereka mengikhlaskan amal semata-mata karena Allah Azza wa Jalla dan
melaksanakan ketaatan sesuai dengan syari’at Allah Azza wa Jalla.”[13]
Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat akan turun menuju orang-orang
yang istiqâmah ketika kematian menjemputnya, ketika dalam kubur dan
ketika dibangkitkan. Para malaikat itu memberikan rasa aman dari
ketakutan ketika kematian menjemput dan menghilangkan rasa sedih akibat
berpisah dengan anaknya karena Allah Azza wa Jalla adalah pengganti
dari hal itu. Juga memberikan kabar gembira berupa ampunan dosa dan
kesalahan serta amalnya diterima. Juga kabar gembira tentang Surga yang
belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum
pernah terlintas dalam hati manusia.[14]
Istiqâmah Adalah Meniti ash-shirâthal Mustaqîm
Istiqâmah adalah meniti ash-shirâthal mustaqîm, yaitu agama yang lurus
yang tidak melencong ke kiri dan ke kanan. Istiqâmah mencakup
pengamalan seluruh ketaatan, yang lahir mahupun batin serta meninggalkan
larangan yang lahir maupun batin. Jadi sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ini menjadi wasiat yang menghimpun seluruh ajaran agama.[15]
Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa
sallam dan para pengikutnya agar istiqâmah di atas syari’at yang
bijaksana, karena hal ini adalah agama yang kita diperintahkan untuk
beribadah dengannya. Sedangkan selain Islam yaitu pendapat para tokoh
yang kosong dari dalil tidak boleh disebut agama dan tidak pula sebagai
hujjah.[16]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana
telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu,
dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.” [Hûd/11:112]
al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Allah Azza wa Jalla
memerintahkan Rasul dan hamba-hamba-Nya yang beriman agar teguh dan
selalu istiqâmah karena itu merupakan sebab untuk mendapatkan
pertolongan yang besar dalam mengalahkan musuh dan dapat menghindari
bentrokan serta dapat terhindar dari perbuatan melampaui batas. Karena
melampaui batas -meskipun terhadap orang musyrik- merupakan kehancuran.
Dan Allah Azza wa Jalla memberi tahu bahwa Dia Maha Melihat perbuatan
hamba-hamba-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lalai dan tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.”[17]
Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada ayat yang diturunkan
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam al-Qur`an yang
lebih berat dan sulit bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
daripada ayat ini.”[18]
Diriwayatkan dari Ibnu ’Abbâs Radhiyallahu anhu, ia berkata, ”Abu Bakar
Radhiyallahu anhu berkata, ’Wahai Rasulullah! Engkau telah beruban.’
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
شَيَّبَتْنِيْ هُوْدٌ ، وَالْوَاقِعَةُ ، وَالْـمُرْسَلاَتُ ، وَعَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ، وَإِذَا الشَّمْسُ
‘Aku telah dibuat beruban oleh (surat) Hûd, al-Wâqi’ah, al-Mursalât, ‘Amma yatasâ-alûn, dan Idzasy Syamsu kuwwirat” [19]
Istiqâmah Hati
Hati adalah bahagian tubuh yang paling penting. Seorang hamba hendaknya
berusaha dengan sungguh-sungguh agar hatinya tetap istiqâmah. Kerana
hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuhnya. Jika hati istiqâmah,
maka seluruh anggota tubuhnya pun ikut istiqâmah.
Dasar dari istiqâmah adalah keistiqâmah-an hati di atas tauhid seperti
penafsiran Abu Bakar ash-shiddîq dan lain-lain tentang firman Allah
Azza wa Jalla, إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah
Allah Azza wa Jalla,” kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka...(al-Ahqâf/46:13) bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak
berbuat syirik kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak menoleh kepada
tuhan selain Allah Azza wa Jalla[20]. Jadi, jika hati telah istiqâmah
di atas ma’rifatullâh, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, segan
kepada-Nya, mencintai-Nya, menginginkan-Nya, berharap kepada-Nya,
berdoa kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya dan berpaling dari selain
Dia, maka sungguh, seluruh anggota badan akan istiqâmah dengan taat
kepada-Nya. Karena hati adalah raja bagi organ tubuh (lainnya) yang
merupakan pasukan hati. Jika raja sudah istiqâmah, maka pasukan dan
rakyatnya akan istiqâmah pula[21].
Istiqâmah Lisan
Anggota tubuh yang terpenting yang perlu mendapatkan perhatian setelah
hati adalah lisan. Kerana lisan adalah media yang mengungkapkan apa
yang tersimpan dalam lubuk hati. Terkadang keluar ucapan yang dianggap remeh namun dapat membuat pengucapnya hancur di dunia dan akhirat.
Dalam hadits ini, ketika Sufyân bin ’Abdillâh Radhiyallahu anhu
bertanya, ”Apa yang engkau khawatirkan padaku?” Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, ”Ini,” sambil memegang ujung lidah beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ini menunjukkan bahwa lisan sangat
berbahaya, sebab seseorang dapat istiqâmah apabila lisannya istiqâmah
dalam ketaatan atau tidak mengucapkan perkataan yang mendatangkan dosa
dan murka Allah . Diriwayatkan dari Abu Sa’id Radhiyallahu anhu, dia
memarfu’kannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ اْلأََعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ
اللِّسَانَ فَتَقُوْلُ : اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَـا نَحْنُ بِكَ،
فَإِنِ اسْتَقَمْتَ ؛ اِسْتَقَمْنَا ، وَإِنِ اعْوَجَجْتَ ؛ اِعْوَجَجْنَا
“Jika anak keturunan Adam berada di pagi hari, seluruh organ tubuh
tunduk kepada lidah dengan berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah Azza wa
Jallapada kami, karena kami bersamamu. Jika engkau istiqâmah, kami juga
istiqâmah. Jika engkau menyimpang, kami juga menyimpang.”[22]
Dan kebanyakan yang menyeret manusia ke neraka adalah lisan. Banyak
nas yang berisi ancaman bagi yang membiarkan lisannya begitu saja
tanpa kendali.
إِنَّ الْعَبْدَ لَـيَـتَـكَـلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَـتَـبَـيَّـنُ مَا
فِـيْهَا يَـهْوِيْ بِـهَا فِـى النَّـارِ أَبْـعَدَ مَا بَيْـنَ
الْـمَشْرِقِ وَالْـمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata yang tidak jelas,
maka akan menjerumuskannya ke dalam Neraka lebih jauh daripada apa yang
ada di antara timur dan barat.”[23]
Demikian pula banyak nas yang mendorong agar menjaga lisan dan meluruskannya sesuai dengan perintah Allah. Di antaranya:
Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” [Qâf/50:18]
Dalam ayat ini terdapat penjelasan bahawa semua ucapan manusia akan
dihisab. Ada Malaikat yang selalu mengawasi semua perkataan manusia dan
selalu menulisnya, baik yang baik maupun yang buruk.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَازَعِيْمٌ فِيْ رَبْضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَوَإِنْ
كَانَ مُحِقًّا , وَأَناَزَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ
تَرَكَ الْكَذِبَ وَ إِنْ كَانَ مَا زِحًا , وَأَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ
فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di taman-taman Surga
bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia yang benar; aku
menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di tengah Surga bagi orang
yang meninggalkan dusta meskipun ia hanya bercanda; dan aku menjamin
dengan sebuah istana di Surga yang tertinggi bagi orang yang
membaguskan akhlaknya.”[24]
Cara Menggapai Istiqâmah
Di antara cara yang dapat mengekalkan kepada istiqâmah dalam berbagai kondisi, perkataan, dan perbuatan ialah:
1. Taubat nasûha.
2. Murâqabatullâh, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa
Jalla, baik ketika tidak dilihat orang lain mahupun saat dilihat.
3. Muhâsabah, yaitu mengingati segala amal perbuatan yang telah dikerjakan.
4. Mujâhadah, yaitu berjuang sungguh-sungguh menyatukan jiwa dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla
Berbagai Wasilah (Cara) Agar Tetap Teguh Di Atas istiqâmah
Agar tetap istiqâmah, ada beberapa hal yang boleh dilakukan, di antaranya :
1. Ikhlas dalam beramal dan mutâba’ah (mengikuti contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ).
2. Menjaga solat lima waktu dengan berjama’ah di masjid.
3. Berani dalam melakukan amar ma’rûf dan nahi munkar.
4. Menuntut ilmu syar’i.
5. Takut kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengingat siksa Neraka yang sangat pedih.
6. Mencari teman yang soleh.
7. Menjaga hati, lisan, dan anggota badan dari yang diharamkan.
8. Mengetahui langkah-langkah syaitan.
9. Senantiasa berdzikir dan berdo’a agar diteguhkan di atas istiqâmah.
Di antara do’a yang sering dibaca Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”[25]
sumber: http://almanhaj.or.id/content/3351/slash/0/iman-dan-istiqamah/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment