Monday 10 September 2012

Istiqamah

Istiqamah ialah satu ungkapan yang seringkali digunakan namun ia merupakan perbuatan yang amat susah untuk dilakukan.

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Para ulama menafsirkan istiqâmah dengan " لُزُوْمُ طَاعَةِ اللهِِ " artinya sentiasa berterusan dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.”[10]....

Keutamaan Istiqamah

Istiqâmah mempermudah rezeki dan melapangkan kehidupan di dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), nescaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.” [al-Jinn/72:16]

Imam al-Qurhubi rahimahullah berkata, “Maksudnya, seandainya orang-orang kafir itu beriman, nescaya Kami berikan mereka keleluasan di dunia dan Kami lapangkan rezeki mereka.”[11]

Firman Allah Azza wa Jalla:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” [Fushshilat/41:30]

Maksudnya, mereka beriman kepada Allah Azza wa JallaYang Maha Esa, kemudian istiqâmah di atasnya dan di atas ketaatan sampai Allah Azza wa Jalla mewafatkan mereka.[12]

Tentang ayat di atas, al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, ”Mereka mengikhlaskan amal semata-mata karena Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan ketaatan sesuai dengan syari’at Allah Azza wa Jalla.”[13]

Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat akan turun menuju orang-orang yang istiqâmah ketika kematian menjemputnya, ketika dalam kubur dan ketika dibangkitkan. Para malaikat itu memberikan rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput dan menghilangkan rasa sedih akibat berpisah dengan anaknya karena Allah Azza wa Jalla adalah pengganti dari hal itu. Juga memberikan kabar gembira berupa ampunan dosa dan kesalahan serta amalnya diterima. Juga kabar gembira tentang Surga yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia.[14]



Istiqâmah Adalah Meniti ash-shirâthal Mustaqîm

Istiqâmah adalah meniti ash-shirâthal mustaqîm, yaitu agama yang lurus yang tidak melencong ke kiri dan ke kanan. Istiqâmah mencakup pengamalan seluruh ketaatan, yang lahir mahupun batin serta meninggalkan larangan yang lahir maupun batin. Jadi sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menjadi wasiat yang menghimpun seluruh ajaran agama.[15] Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dan para pengikutnya agar istiqâmah di atas syari’at yang bijaksana, karena hal ini adalah agama yang kita diperintahkan untuk beribadah dengannya. Sedangkan selain Islam yaitu pendapat para tokoh yang kosong dari dalil tidak boleh disebut agama dan tidak pula sebagai hujjah.[16]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Hûd/11:112]

al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasul dan hamba-hamba-Nya yang beriman agar teguh dan selalu istiqâmah karena itu merupakan sebab untuk mendapatkan pertolongan yang besar dalam mengalahkan musuh dan dapat menghindari bentrokan serta dapat terhindar dari perbuatan melampaui batas. Karena melampaui batas -meskipun terhadap orang musyrik- merupakan kehancuran. Dan Allah Azza wa Jalla memberi tahu bahwa Dia Maha Melihat perbuatan hamba-hamba-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lalai dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.”[17]

Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada ayat yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam al-Qur`an yang lebih berat dan sulit bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada ayat ini.”[18]

Diriwayatkan dari Ibnu ’Abbâs Radhiyallahu anhu, ia berkata, ”Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, ’Wahai Rasulullah! Engkau telah beruban.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

شَيَّبَتْنِيْ هُوْدٌ ، وَالْوَاقِعَةُ ، وَالْـمُرْسَلاَتُ ، وَعَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ، وَإِذَا الشَّمْسُ

‘Aku telah dibuat beruban oleh (surat) Hûd, al-Wâqi’ah, al-Mursalât, ‘Amma yatasâ-alûn, dan Idzasy Syamsu kuwwirat” [19]


Istiqâmah Hati

Hati adalah bahagian tubuh yang paling penting. Seorang hamba hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh agar hatinya tetap istiqâmah. Kerana hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuhnya. Jika hati istiqâmah, maka seluruh anggota tubuhnya pun ikut istiqâmah.

Dasar dari istiqâmah adalah keistiqâmah-an hati di atas tauhid seperti penafsiran Abu Bakar ash-shiddîq dan lain-lain tentang firman Allah Azza wa Jalla, إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah Azza wa Jalla,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka...(al-Ahqâf/46:13) bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak menoleh kepada tuhan selain Allah Azza wa Jalla[20]. Jadi, jika hati telah istiqâmah di atas ma’rifatullâh, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, segan kepada-Nya, mencintai-Nya, menginginkan-Nya, berharap kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya dan berpaling dari selain Dia, maka sungguh, seluruh anggota badan akan istiqâmah dengan taat kepada-Nya. Karena hati adalah raja bagi organ tubuh (lainnya) yang merupakan pasukan hati. Jika raja sudah istiqâmah, maka pasukan dan rakyatnya akan istiqâmah pula[21].

 Istiqâmah Lisan

Anggota tubuh yang terpenting yang perlu mendapatkan perhatian setelah hati adalah lisan. Kerana lisan adalah media yang mengungkapkan apa yang tersimpan dalam lubuk hati. Terkadang keluar ucapan yang dianggap remeh namun dapat membuat pengucapnya hancur di dunia dan akhirat.

Dalam hadits ini, ketika Sufyân bin ’Abdillâh Radhiyallahu anhu bertanya, ”Apa yang engkau khawatirkan padaku?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Ini,” sambil memegang ujung lidah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ini menunjukkan bahwa lisan sangat berbahaya, sebab seseorang dapat istiqâmah apabila lisannya istiqâmah dalam ketaatan atau tidak mengucapkan perkataan yang mendatangkan dosa dan murka Allah . Diriwayatkan dari Abu Sa’id Radhiyallahu anhu, dia memarfu’kannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ اْلأََعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُوْلُ : اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَـا نَحْنُ بِكَ، فَإِنِ اسْتَقَمْتَ ؛ اِسْتَقَمْنَا ، وَإِنِ اعْوَجَجْتَ ؛ اِعْوَجَجْنَا

“Jika anak keturunan Adam berada di pagi hari, seluruh organ tubuh tunduk kepada lidah dengan berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jallapada kami, karena kami bersamamu. Jika engkau istiqâmah, kami juga istiqâmah. Jika engkau menyimpang, kami juga menyimpang.”[22]

Dan kebanyakan yang menyeret manusia ke neraka adalah lisan. Banyak nas yang berisi ancaman bagi yang membiarkan lisannya begitu saja tanpa kendali.

إِنَّ الْعَبْدَ لَـيَـتَـكَـلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَـتَـبَـيَّـنُ مَا فِـيْهَا يَـهْوِيْ بِـهَا فِـى النَّـارِ أَبْـعَدَ مَا بَيْـنَ الْـمَشْرِقِ وَالْـمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, maka akan menjerumuskannya ke dalam Neraka lebih jauh daripada apa yang ada di antara timur dan barat.”[23]

Demikian pula banyak nas yang mendorong agar menjaga lisan dan meluruskannya sesuai dengan perintah Allah. Di antaranya:

Allah Azza wa Jalla berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” [Qâf/50:18]

Dalam ayat ini terdapat penjelasan bahawa semua ucapan manusia akan dihisab. Ada Malaikat yang selalu mengawasi semua perkataan manusia dan selalu menulisnya, baik yang baik maupun yang buruk.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَازَعِيْمٌ فِيْ رَبْضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَوَإِنْ كَانَ مُحِقًّا , وَأَناَزَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَ إِنْ كَانَ مَا زِحًا , وَأَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di taman-taman Surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia yang benar; aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia hanya bercanda; dan aku menjamin dengan sebuah istana di Surga yang tertinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”[24]



Cara Menggapai Istiqâmah
Di antara cara yang dapat mengekalkan kepada istiqâmah dalam berbagai kondisi, perkataan, dan perbuatan ialah:

1. Taubat nasûha.
2. Murâqabatullâh, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla, baik ketika tidak dilihat orang lain mahupun saat dilihat.
3. Muhâsabah, yaitu mengingati segala amal perbuatan yang telah dikerjakan.
4. Mujâhadah, yaitu berjuang sungguh-sungguh menyatukan jiwa dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla
 
Berbagai Wasilah (Cara) Agar Tetap Teguh Di Atas istiqâmah
Agar tetap istiqâmah, ada beberapa hal yang boleh dilakukan, di antaranya :

1. Ikhlas dalam beramal dan mutâba’ah (mengikuti contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ).
2. Menjaga solat lima waktu dengan berjama’ah di masjid.
3. Berani dalam melakukan amar ma’rûf dan nahi munkar.
4. Menuntut ilmu syar’i.
5. Takut kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengingat siksa Neraka yang sangat pedih.
6. Mencari teman yang soleh.
7. Menjaga hati, lisan, dan anggota badan dari yang diharamkan.
8. Mengetahui langkah-langkah syaitan.
9. Senantiasa berdzikir dan berdo’a agar diteguhkan di atas istiqâmah.

Di antara do’a yang sering dibaca Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”[25]


sumber: http://almanhaj.or.id/content/3351/slash/0/iman-dan-istiqamah/

 

0 comments:

Post a Comment